Crowde (Pengajuan Pembiayaan Improvement) — UX Case Study

Jefri Junifer Pangaribuan
7 min readOct 19, 2021

--

Photo by Warren Wong on Unsplash

Disclaimer — Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul (back link ke skilvul.com) dan Crowde sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Crowde.

Latar Belakang

Semakin berkembangnya teknologi informasi tidak hanya dirasakan oleh sebagian orang yang bekerja di sebuah perusahaan yang mengandalkan teknologi informasi, tetapi juga sudah dirasakan oleh masyarakat yang bekerja di sektor pertanian yang sama sekali tidak bersinggungan dengan teknologi informasi. Hal ini terbukti dengan adanya platform seperti Youtube yang dimana ada juga ditemukan content creator yang membuat video berisikan tutorial atau penjelasan tentang cara bertani [1].

Selain adanya platform yang dapat membantu petani dalam mendapatkan pembelajaran terkait cara bercocok tanam, petani juga membutuhkan sebuah komunitas tani yang bisa menjadi sebuah wadah untuk berbagi informasi seputar sektor yang sedang mereka kerjakan. Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi para petani/ peternak untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan bekerjasama dalam mengembangkan usaha tani di desa [2].

Dari komunitas ini juga tidak jarang para petani saling berbagi tentang teknologi yang saat ini sedang berkembang, termasuk teknologi finansial (fin-tech) yang dapat memberikan bantuan kepada petani yang kekurangan modal usaha.

Kehadiran Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih dirasakan sebagaian besar petani belum maksimal. Realisasi penyaluran KUR di sektor pertanian juga masih di bawah 7 persen. Saat ini, masih banyak petani yang kesulitan mengklaim KUR karena prosesnya yang tidak sederhana. Perbankan tidak mau menyalurkan kredit karena petani tidak punya agunan, penghasilan yang tidak tetap dan tidak adanya sertifikat kepemilikan tanah [3]. Maka dari itu adanya fin-tech dirasa oleh petani menjadi salah satu solusi yang sangat membantu jika petani membutuhkan modal untuk bertani.

Crowde merupakan salah satu platform yang bisa menjadi jawaban bagi para petani yang membutuhkan modal untuk bertani. Melalui program dari Crowde yang diberi nama GARAP, petani dapat memperoleh modal usaha ramah hingga Rp100 juta dengan cara yang mudah serta bisa diakses dari mana saja dan kapan pun. Selain itu keuntungan lainnya yang didapatkan petani jika mengajukan pembiayaan kepada Crowde adalah [4]:

  1. Mendapat modal berupa sarana produksi berkualitas tinggi dan pembiayaan tenaga kerja
  2. Dibimbing langsung oleh ahlinya saat berbudidaya
  3. Pengembalian modal berupa hasil panen
  4. Akses pasar dengan harga terbaik
Landing Page Website Crowde

Langkah untuk mengajukan proyek ke Crowde juga sangat mudah, yaitu:

  1. Petani harus memenuhi kelayakan yang telah ditetapkan
  2. Petani mengisi formulir pengajuan secara lengkap untuk memenuhi syarat awal
  3. Pihak Crowde akan melakukan penilaian. Jika proyek disetujui, pihak Crowde akan segera mengabari petani dalam waktu 1x24 jam kerja dan langsung menawarkan proyek petani ke pemodal
  4. Dana akan dicairkan dengan metode khusus yang dapat digunakan untuk kebutuhan proyek
  5. Petani membayar pinjaman melalui Crowde sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya. Pengambilan pinjaman juga dapat berupa hasil panen pertanian.

Saat ini formulir pendaftaran program GARAP untuk pembiayaan budidaya di Crowde masih menggunakan Google Form, dimana petani mengisi formulir dan data tersimpan di Google Drive. Maka dari itu, kami mencoba melakukan improvement pada pendaftaran program pembiayaan budidaya ini dengan membuat sebuah prototype yang baru.

Objektif

  1. Mempermudah petani dalam melakukan pendaftaran program pembiayaan budidaya
  2. Pihak Crowde tidak perlu menggunakan Google Form sebagai formulir pendaftaran dan Google Drive sebagai media penyimpanan, karena dengan improvement ini seluruh data dapat langsung disimpan di dalam database Crowde

Peran dalam Tim

Sebagai tim UI/UX, saya berkolaborasi dengan Endri Wiguna dan tanggung jawab saya adalah:

  1. Membuat task flow dan wireframe untuk proses pengajuan pembiayaan
  2. Membuat UI Kit untuk warna, font style, dan input field
  3. Membuat UI Design untuk proses pengajuan pembiayaan

Design Process

Dalam kasus ini, kami menggunakan Design Thinking sebagai pendekatan design process yang telah kami kerjakan, karena dari studi pendahuluan yang telah kami lakukan Design Thinking mampu mencapai pengembalian investasi sebesar 71% sampai 107% secara konsisten. Secara sederhananya, pertama Design Thinking mampu menurunkan biaya investasi dalam berinovasi, kedua mampu meningkatkan kesuksesan inovasi yang dihasilkan. Terkait biaya investasi, yang sebenarnya Design Thinking turunkan adalah risiko dan biaya kegagalan. Design Thinking mencegah kita untuk berinvestasi tinggi terhadap suatu solusi ketika ketidakpastian atau risikonya masih tinggi.

Lantas pada iterasi-iterasi awal kita cukup membuat prototype yang tidak mahal dan melakukan testing sederhana, karena tujuannya masih untuk mendapatkan pembelajaran mengenai customer. Setelah beberapa kali iterasi dan risiko ketidakpastian sudah menurun, baru kita berani berinvestasi lebih tinggi karena kemungkinan akan harus berubah solusinya juga sudah menurun, sehingga biaya investasinya lebih terkontrol. Selain itu, karena solusinya sudah diuji cobakan beberapa kali dengan customer, kemungkinan inovasinya sukses diadopsi customer juga otomatis meningkat dan lebih tervalidasi. Akhirnya pengembalian investasinya jauh lebih tinggi dibanding proses inovasi tradisional yang mana biaya investasinya tidak disesuaikan dengan level risiko dan kemungkinan suksesnya lebih didasarkan asumsi [5].

1 — Empathize

Di dalam tahapan ini, kami memposisikan diri sebagai petani yang sedang membutuhkan modal. Jika mencari pinjaman dari teman, sebagai petani mungkin lingkungan sekitar pun masih di kalangan menengah ke bawah. Jika meminjam dari koperasi, perlu agunan. Jika meminjam dari rentenir, bunga yang sangat besar menjadi persoalan. Maka dari itu adanya startup fin-tech menjadi solusi terbaik.

2 — Define

Dengan mengadakan workshop, dalam kasus ini karena kami hanya mengerjakannya berdua, kami menggunakan media Zoom Meetings untuk mulai mendefinisikan:

  1. Siapa user yang ada di Crowde. Apakah selain petani ada user lainnya?
  2. Apa goal pekerjaan para user?
  3. Apa motivasi user jika menggunakan Crowde?
  4. Apa yang menjadi pain points para user sehingga mereka membutuhkan Crowde?
  5. Selanjutnya kami mengelompokkan menjadi tiga masalah terbesar dari pain points yang telah didefinisikan.

3 — Ideate

Tahapan ini kami melakukan brainstorming terkait masalah yang telah kami definisikan di tahapan sebelumnya. HMW (How Might We) merupakan pertanyaan yang harus kami jawab untuk mencari solusi ide dari permasalahan yang ada. HMW ini juga dapat mengeluarkan segala peluang yang dapat kami ambil dari permasalahan.

Setiap ide solusi yang telah kami daftarkan berikutnya kami kategorikan menjadi beberapa kategori yang nantinya per kategori kami buat matriks Prioritization Idea.

Matriks Prioritization Idea

Ide solusi yang ada di posisi matriks “YES, DO IT NOW” selanjutnya kami coba berikan ide terkait UI masih dengan cara brainstorming menggunakan teknik Crazy 8s. Hasil Crazy 8s ini dipilih mana tampilan terbaik untuk dibuatkan menjadi UI nantinya.

Hasil Brainstorming dengan teknik Crazy 8s untuk ide UI

Masih di dalam tahapan Ideate, kami mengeluarkan ide terkait user flow untuk proses Login dan Pengajuan Pembiayaan. User flow yang telah dibuat mulai dirancang wireframe dengan level low-fidelity. Hasil wireframe ini memudahkan kami untuk berikutnya mendesain UI. Tetapi sebelum mendesain UI, kami membangun Design System dengan membuat UI Kit agar mempermudah dan mempercepat kami dalam mendesain halaman UI yang banyak.

Akhirnya UI yang telah didesain disusun agar mempermudah melakukan tahapan selanjutnya, Prototyping.

4 — Prototyping

Berangkat dari user flow dan UI yang telah disusun pada tahapan sebelumnya, kami mulai membuat prototyping. Prototyping adalah tahapan menyusun alur proses berdasarkan user flow ke dalam UI yang telah di desain.

5 — Testing

Pada tahapan testing, kami melakukan pengujian dengan mencari seorang yang mewakili petani untuk menjalankan UI berdasarkan prototype yang telah disusun. Peri Haryanto (38 tahun) yang biasa dipanggil kang Peri adalah seorang petani cabai rawit berdomisili di Bandung bersedia untuk menjadi responden kami.

Sebelum menjalankan task yang akan diberikan, kami mewawancarai Kang Peri untuk memahami seberapa dalam Kang Peri mengetahui tentang sektor pertanian dan apakah Kang Peri pernah kekurangan modal dalam bertani. Dari hasil wawancara, kami mengetahui bahwa Kang Peri merupakan petani baru yang mempunyai kendala modal dalam pembelian bibit, pembasi hama, dan lainnya. Dengan adanya startup seperti Crowde menjadi jawaban atas kebutuhan Kang Peri.

Selanjutnya Kang Peri menjalankan task melakukan Login dan Pengajuan Pembiayaan di improvement apps yang kami tawarkan. Pada task Login, Kang Peri merasa improvement apps yang kami tawarkan sudah cukup baik karena adanya SSO (Single-Sign-On) media sosial yang dapat mempercepat proses Login. Pada task Pengajuan Pembiayaan yang kami minta Kang Peri untuk melakukan testing, Kang Peri mempunyai masukan bahwa form Pengajuan Pembiayaan perlu dilengkapi dengan adanya form Jenis Kelamin dan Agama, serta mengkategorikan nama budidaya. Di lain sisi, dengan adanya video tata cara Pengajuan Pembiayaan sangat membantu Kang Peri untuk mengisi form Pengajuan Pembiayaan dan merasa formulir data diri sudah cukup lengkap.

Hasil Usability Testing Yang Telah Dilakukan Bersama Kang Peri Sebagai Responden

Dengan menggunakan metode Single Ease Question (SEQ) dengan rentang nilai 1–7 dan nilai 5,5 adalah ambang batas keberhasilan kami dalam mengerjakan Case Study ini, responden memberikan nilai 6 melalui Usability Testing yang kami sudah lakukan.

Kesimpulan

Dari setiap proses yang dijalankan, kami memahami bahwa Design Thinking merupakan pendekatan yang sangat detail. Selain itu dari usability testing juga kami mendapatkan feedback positif dari responden, dimana improvement desain yang kami tawarkan dapat memudahkan user untuk mengajukan pembiayaan di aplikasi Crowde.

Kami tahu bahwa apa yang kami kerjakan ini jauh dari kata sempurna, kami berharap rekomendasi ini menjadi pertimbangan bagi pihak Crowde dan dapat diimplementasikan untuk tahap pengembangan Crowde ke depan.

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Daftar Referensi

[1] Youtube, 2021 [Online]. Available: https://www.youtube.com/c/AKANGTANI/

[2] “Kelompok Tani Desa Amin Jaya” Website Resmi Desa Amin Jaya, 2021 [Online]. Available: https://aminjaya.desa.id/page/detail/kelompok-tani-desa-amin-jaya

[3] A. Rahma, “Petani Masih Sulit Dapat Akses Modal” Liputan 6, 2019 [Online]. Available: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3952761/petani-masih-sulit-dapat-akses-modal

[4] Crowde, 2021 [Online]. Available: https://crowde.co/

[5] Ciasian, “Keuntungan Menggunakan Design Thinking” Corporate Innovation Consulting (CIAS), 2021 [Online]. Available: https://www.cias.co/post/keuntungan-menggunakan-design-thinking

--

--

Jefri Junifer Pangaribuan

Belajar adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Menulis secara random dengan topik apa saja yang terlintas di kepala.